Lombok Tengah, NTB - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat berencana menaikkan level kampung unggas menjadi satelit unggas dalam rangka mendorong kemandirian pangan, menuju mandiri telur dan daging bagi masyarakat.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Hj Siti Rohmi Djalillah mengatakan untuk menjadikan NTB sebagai daerah mandiri telur serta mandiri daging, perlu perbaikan dari segi tata kelola hingga pemasaran. Sehingga nantinya akan berdampak pada peningkatan produktivitas serta kualitas suatu produk yang dihasilkan, mengingat peluang pasar hasil peternakan unggas tidak kalah dengan industri lainnya.
"Jika biasanya pengelolaannya masih tradisional, maka mari pelan pelan beralih ke cara modern. Sehingga akan berdampak pada produktifitas," ujarnya, saat melakukan kunjungan ke kampung unggas di Desa Teruwai Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Kamis.
Wagub yang akrab disapa Ummi Rohmi itu, menegaskan pemerintah berusaha menjembatani para peternak untuk memasarkan hasil ternak seperti telur, ataupun daging, dengan menggandeng mitra. Meski demikian, kualitas hasil produksi harus terjamin, maka harus juga memperhatikan aspek lain seperti menjaga lingkungan sekitar pascaproduksi.
"Kami akan mengkomunikasikannya bersama OPD terkait. Termasuk membuka kerjasama dengan para investor, restoran di hotel- hotel. Jika nanti konsep ini berjalan maka desa Teruwai bukan lagi sebagai kampung unggas namun naik kelas menjadi satelit unggas, karena dijadikan pusat serta desa percontohan," katanya.
Kepala Desa Teruwai, M. Artha menyebutkan di desanya sendiri terdapat 34 kelompok tani, 11 di antaranya merupakan peternak unggas. Disebutkannya rata- rata produksi telur per minggu yang dihasilkan kelompok tersebut mencapai 1.200 butir, sedangkan untuk produksi daging mencapai 200 ekor per hari. Karenanya, Artha meminta agar semua unsur harus saling mendukung untuk terbentuknya industri unggas berskala besar seperti satelit unggas.
"Semoga satelit unggas yang digagas dampak positifnya lebih besar lagi terhadap kemajuan ekonomi warga. Apalagi mayoritas warga Teruwai berprofesi sebagai petani ternak, dan itu cukup membantu untuk tambahan mereka," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, dr. Hj. Budi Septiani, mengatakan sepanjang tahun 2019 kebutuhan telur ayam di NTB mencapai 1,3 juta butir. Peternak dalam daerah hanya mampu memproduksi 600 ribu butir telur setiap tahun. Sedangkan untuk daging ayam kampung unggas Teruwai setiap bulannya hanya mampu memproduksi 10 ribu ekor.
"Angka 10 ribu, bagi kami masih kurang untuk menyuplai daging di daerah sendiri. Perlu peningkatan produksi, apalagi tahun 2020 target pasar kita, sebagai penyuplai daging untuk Bali dan NTT. Untuk itu, demi mendukung peningkatan produksi unggas, selain memfasilitasi mereka untuk menggandeng mitra. Sarana pendukung operasi seperti collbox, freezer, mesin pemanas hingga mesin penetas modern akan kami usahakan terpenuhi," katanya.
Tidak ada komentar