Penerapan New Normal Dinilai Mampu Gerakkan Sektor Ekonomi Dan Kesehatan


JAKARTA – Penerapan tatanan normal baru atau “new normal” dinilai sebagai cara untuk agar sektor kesehatan dan ekonomi tetap bisa berjalan di tengah pandemi COVID-19.
Pernyataan ini disampaikan oleh Aris Ananta, President dari Asian Population Association yang juga pakar ekonomi demografi, dalam seminar daring bertajuk “COVID-19: Public Health and Economic Perspectives” yang diadakan pada Kamis (25/6/2020).
“Orang selalu bertanya ‘Haruskah kita mati karena COVID-19 atau haruskah kita mati kelaparan?’ Kelihatannya ekonomi dan kesehatan bisa dipisahkan, tapi menurut saya tidak selalu seperti itu,” kata Aris dalam seminar yang diadakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tersebut.
“Dengan ‘new normal’ kita bisa meningkatkan baik kesehatan dan juga ekonomi,” kata Aris dalam presentasinya.
Keterkaitan Sektor Ekonomi dan Kesehatan
Aris menjelaskan bahwa sektor ekonomi dan kesehatan sesungguhnya bisa saling terkait. Menurutnya, tanpa sektor kesehatan tidak akan bisa berjalan dan melayani masyarakat tanpa keberlangsungan sektor ekonomi.
“Namun tanpa kesehatan, orang-orang tidak bisa bekerja. Tanpa kesehatan, pemerintah tidak punya uang dan tak punya pemasukan, tanpa produksi,” ujarnya.
“Jadi ekonomi dan kesehatan adalah sesuatu yang sangat terkait. Kita tidak bisa memisahkannya satu sama lain. Jika kita tidak peduli pada kesehatan, ekonomi akan runtuh. Jika kita tidak peduli pada ekonomi, kesehatan juga akan runtuh,” katanya.
Untuk itu, agar bisa keduanya tetap seimbang, penerapan tatanan normal baru dan hidup berdampingan bersama COVID-19 menurut Aris adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Bahkan menurutnya, ‘new normals’ mempercepat era disrupsi yang telah ditandai dengan penggunaan teknologi dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
Jangan Menunggu ‘Old Normals’
Maka dari itu, Aris mengungkapkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk bisa bertahan di masa ‘new normals.’
Yang pertama adalah dengan waspada terhadap COVID-19 yang mungkin ada di sekitar kita dalam waktu yang lama. Selain itu, jangan berharap tatanan normal yang lama akan kembali dengan cepat.
“Jangan berharap atau menunggu kembalinya tatanan normal yang lama. Kita bisa frustrasi kalau menunggu ‘old normals,'” ujarnya.
Selain itu, inovasi juga diperlukan untuk menciptakan pekerjaan dan perilaku yang baru dan aman dari COVID-19. Menurutnya, mereka yang tak bisa beradaptasi akan mengalami kegagalan di masa ‘new normals.’

Tidak ada komentar