Ekonom menilai vaksin tak bisa jadi satu-satunya instrumen yang diandalkan dalam menggenjot ekonomi di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Guna mencapai pertumbuhan ekonomi positif, Indonesia harus menggenjot kedua instrumen. Antara lain adalah instrumen fiskal dan instrumen penanganan kesehatan. Ketersediaan vaksin yang terbatas membuat vaksin tak bisa jadi tulang punggung dalam penanganan Covid-19. Pendisiplinan protokol kesehatan harus tetap dilakukan.
"Vaksinasi adalah salah satu bentuk intervensi tapi selain itu kan kita juga punya intervensi yang lain, intervensi dari sisi pembatasan, protokol kesehatan," ujar Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (28/3).
Fithra menerangkan bahwa vaksinasi gotong royong dapat menjadi instrumen percepatan vaksinasi. Terutama pengadaan vaksin gotong royong dilakukan secara hubungan bisnis atau B2B.
Namun, suplai vaksin tetap ditentukan oleh produsen vaksin yang masih terbatas. Sehingga pengadaan oleh pelaku usaha tetap tak membuat vaksinasi dapat dipercepat. "Ini kan lebih ke permasalahan dari sisi suplai, jadi kita mau kejar yang B2B juga sangat terkait dengan ketersediaan vaksin di luar," terang Fithra.
Fithre juga menegaskan pentingnya sektor swasta dalam program vaksinasi. Tidak hanya dalam pelaksanaan vaksinasi gotong royong, swasta juga harus terlibat dalam upaya produksi vaksin Covid-19. "Yang juga penting kita lakukan adalah bagaimana swasta ini juga bisa berpartisipasi dalam proses produksinya," jelas Fithra.
Tidak ada komentar