Bandar Lampung, INDONEWS.ID - Penyebaran paham radikal terorisme tak melulu menyasar kepada masyarakat biasa. Pegawai lembaga negara, kementerian, bahkan aparat keamanan seperti Kepolisian pun juga tak luput dari pengaruh paham radikalisme ini. Untuk itu aparat kepolisian juga harus memahami pola penyebaran bahaya paham radikal ini dan mengetahui upaya pencegahannya.
Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, saat melakukan sosialisasi Pencegahan Paham Radikal Terorisme kepada 200 personil Polri di jajaran Polda Lampung. Acara yang dihadiri jajaran pimpinan dan anggota satuan pelaksana ini digelar di Gedung Serba Guna (GSG) Polda Lampung, Selasa (30/8/2022) petang.
“Virus radikalisme ini bukan monopoli satu agama, tapi berpotensi pada semua agama, berpotensi pada setiap individu manusia tidak melihat suku, agama, ras, tidak melihat profesi, bahkan tidak melihat kadar intelektualitas seseorang. Bisa profesor bisa jenderal, anggota polri juga bisa kena. Kalau kena virus ini bisa bahaya sekali,” ujar Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid.
Tak dapat dipungkiri berdasarkan hasil survei, menurutnya, jajaran aparat pemerintah seperti ASN, TNI dan Polri juga sangat rentan terpapar paham radikal. Kalau hal ini dibiarkan tentunya dapat membahayakan institusi Polri karena mereka nantinya bisa insubordinasi terhadap aturan, peraturan maupun undang-undang yang berlaku.
“Ini yang bahaya. Kalau sudah kadar virusnya yang ada pada dirinya itu parah lalu mereka bergabung dengan kelompok jaringan teror tentunya ini bisa berbahaya untuk keamanan institusi ataupun masyarakat pada umumnya. Maka sebelum itu terjadi, kita melakukan yang namanya kesiapsiagaan nasional. Nah acara ini juga sebagai bentuk kesiapsiagaan nasional tapi juga sekaligus kontra radikalisasi,” ujar Kabagbanops Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri ini
Oleh karena itu dirinya merasa perlu membentengi anggota Polda Lampung dengan memberikan vaksin ideologi baik itu wawasan kebangsaan moderasi beragama dan seabagainya untuk memperkuat imunitas agar tidak mudah terpengaruh paham radikal terorisme tersebut.
“Supaya apa? Supaya imun. Sehingga kalau sudah imun dari paparan paham radikal terorisme maka saat mereka dalam bertugas pun akan optimal dan mereka akan mendukung segala program-program penanggulangan radikalisme intoleransi maupun terorisme di lingkungan masyarakat,” ujar alumni Akpol tahun 1989 ini.
Lebih lanjut dikatakan mantan Kapolres Gianyar ini, sebagai aparat yang berhubungan langsung dengan masyarakat, anggota Polri memiliki peran besar dalam melindungi masyarakat dari penyebaran paham radikal terorisme. Dirinya berharap dengan adanya pembekalan ini jajaran anggota Polda Lampung dapat bangkit untuk militan di dalam melawan segala bentuk radikalisme dan terorisme ataupun intoleransi.
“Dan para beliau beliau ini otomatis akan semangat di dalam bertugasnya terutama di dalam melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat, menegakkan hukum atau memelihara kamtibmasnnya itu benar-benar sesuai yang diharapkan yaitu optimal. Sehingga Tribrata dan Catur Prasetyanya itu benar benar terjaga,” ujarnya mengakhiri.
Dalam kesempatan tersebut Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) Polda Lampung, mengatakan bahwa pembekalan bagi jajaran Polda Lampung ini sangat perlu. Karena tanpa disadari, polisi ini dalam kehidupan sosial juga bergaul dengan masyarakat. Dimana di dalam masyarakat itu tentunya ada virus-virus seperti radikal terorisme.
“Itu ada penyebaran-penyebarannya dimana ada ustad-ustad yang kira-kira mendekati radikal. Tadi sudah diberi pemahaman oleh Direktur Pencegahan BNPT dan mudah mudahan ini semua bisa dipahami oleh khususnya aparat Kepolisian bahwa paham tentang radikal, paham tentang ajaran-ajaran teroris itu sebenarnya bukanlah agama. Karena tidak ada agama yang membenarkan tentang kekerasan kekerasan yang terjadi,” ujar Kombes Pol Sustri Bagus Setiawan.
Dengan adanya pembekalan tersebut jajaran Kepolisan di Polda Lampung juga akan melindungi diri dari paham radikal terorisme bagi lingkungan sekitar dan keluarganya. “Upaya Polda tentunya adalah peran dari pimpinan yakni dengan pengawasan melekat terhadap semua individu personil Polda Lampung ini. Dimna satu per satu kita harus awasi, dan harus diberikan pemahaman yang jelas supaya tidak salah pengertian,” katanya mengakhiri.
Sementara itu pada malam harinya di Kota Metro, Lampung, Direktur Pencegahan BNPT memimpin acara Shalawat Kebangsaan Merah Putih dengan mengambil tema “Membangun Harmoni Bangsa untuk NKRI Harga Mati”. Acara yang digelar hingga tengah malam ini dihadiri Muhibbin Habib Umar bin Muhdar Alhadad, jajaran Forkopimda, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat baik dari Kota Metro dan Provinsi Lampun. Acara yang dihadiri sekitar 10 ribu jamaah dan masyarakat ini digelar di Lapangan Banjarsari, Kota Metro.
Dalam sambutan singkatnya di hadapan masyarakat dan jamaah, Ahmad Nurwakhid mengatakan bahwa bangsa Indonesia ini akan maju, akan jaya dan akan sejahtera jika seluruh elemen akan konsisten dan amanah terhadap founding father bangsa ini jika tetap menjaga 4 konsensus kebangsaan yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945 (PBNU).
“Hal tersebut harus dipekikkan sebagai wujud amanah dari para founding fathers kita yang terdiir dari aulia-aulia Allah, para tokoh agama, para ulama, tokoh bangsa yang dipimpin oleh Bung Karno, Pancasila NKRI HARGA MATI,” tegas Akhmad Nuwakhid mengakhiri sembari diikuti para jamaah yang hadir.
Sementara itu Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Dr. Siti Nurjanah, M.Ag, PIA, yang diberikan kesempatan untuk berbicara dalam kesepatan tersebut mengajak kepada seluruh jamaah yang hadir untuk mencintai bangsa Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya untuk meneguhkan moderasi beragama.
“Indonesia ini sangat kaya dengan berbagai perbedaan, tetapi tetap satu yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Artinya kita ini memiliki keragaman budaya, keragaman suku dan keragaman ras tetapi tetap satu yaitu Cinta Indonesia,” ujar Siti Nurjanah mengakhiri. ***
Tidak ada komentar