Ada Kontak Senjata KKB Papua dan TNI, Komnas HAM: Harus Ada Jaminan Keselamatan Warga Sipil

 .com/img/a/

tua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Atnike Nova Sigiro meminta jajaran TNI bersama Polri memberikan jaminan keselamatan bagi para warga sipil di Papua. Diketahui, terakhir ada kontak senjata antara Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua dengan TNI saat mencari Pilot Susi Air.

Dia menegaskan, jaminan ini harus diberikan langsung oleh pemerintah pusat maupun daerah. Sehingga keselamatan warga sipil terjaga dan dilindungi akibat insiden kontak senjata KKB Papua dengan TNI.

"Meminta pemerintah pusat mau pun pemerintah daerah, termasuk TNI dan Polri, untuk memastikan jaminan perlindungan kepada masyarakat sipil yang terdampak langsung," kata Atnike dalam keterangannya, Rabu (19/4/2023).

Menurut dia, TNI dan Polri perlu mengedepankan kehati-hatian dalam misi penyelamatan pilot Susi Air ini, terlebih Panglima TNI menaikkan status misi tersebut menjadi siaga tempur.

"Mendukung upaya pemerintah, termasuk TNI dan Polri, dalam penyelamatan Philip Marthen dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, praduga dalam situasi di mana timbul keragu-raguan, dan proporsionalitas untuk mencegah meluasnya konflik dan bertambahnya korban jiwa," ungkap Atnike.

Sebelumnya, Panglima TNI, Laksanama Yudo Margono mengungkapkan bahwa Kelompok Separatis Teroris (KST) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) melibatkan ibu-ibu dan anak-anak saat menyerbu prajurit TNI di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Menurut Yudo, peristiwa itu terjadi pada Sabtu 15 April 2023 lalu. Ketika itu, 36 prajurit TNI sedang melakukan operasi pembebasan pilot. Namun, saat tiba di Distrik Mugi, mereka terlibat kontak tembak dengan KKB.

"Dalam kontak tembak tersebut mereka memanfaatkan masyarakat dan juga anak-anak untuk menyerbu. Dari masyarakat khususnya ibu-ibu dan anak-anak untuk menyerbu pasukan kita (TNI)," kata Yudo dikutip dari channel YouTube Puspen TNI, Rabu (19/4/2023).

Akibat kontak tembak tersebut, kata Yudo, 1 prajurit atas nama Pratu Miftahul Arifin meninggal dunia. Miftahul dilaporkan jatuh ke jurang sedalam 15 meter. Selain Pratu Miftahul, ada lima prajurit TNI lainnya yang mengalami luka tembak. Kini, mereka sudah dievakuasi ke sebuah rumah sakit di Timika, Papua.

"Kondisinya semua sehat dan sudah dilaksanakan perawatan di RS di Timika," ungkap Yudo.

Yudo mengaku, sudah menggali keterangan dari prajurit yang selamat. Menurut keterangan si prajurit, bahwa mereka dikepung oleh KKB dengan melibatkan masyarakat dan anak-anak.

Panglima TNI Menghindari Korban dari Masyarakat Sipil

Prajurit yang diserang itu memilih untuk bertahan. Yudo menyebut bahwa mereka menghindari jatuh korban dari masyarakat dan anak-anak yang diduga dilibatkan oleh KKB.

"Itu mereka (prajurit) menjadi bingung, antara harus menembak atau apa. Karena yang dihadapi ini masyarakat dan anak-anak. Mereka tidak pernah menghadapi hal seperti itu, sampai melibatkan masyarakat dan anak," tambah Yudo.

Mantan Kepala Staf Angkatan Laut ini terus mengingatkan kepada seluruh prajuritnya agar menghindari korban masyarakat dan anak-anak saat terlibat kontak tembak dengan KKB di Papua.

"Saya selalu sampaikan, saya tidak mau represif, yang melibatkan korban masyarakat ataupun anak-anak. Tapu ternyata mereka menggunakan itu. Nah ini yang sangat saya sayangkan," kata Yudo.

Tidak ada komentar