Keketuaan Indonesia menyelenggarakan KTT ASEAN ke -43 di Jakarta, membawa beragam manfaat, baik untuk Indonesia maupun bagi negara-negara di Kawasan dan negara mitra ASEAN. Salah satunya adalah kerjsasama dengan negara mitra ASEAN di kawasan Pasifik yang menghasulkan kerjasama dengan nilai kontrak USD 56 Miliar dari 166 proyek.
Kerja sama tersebut terjalin dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di Hotel Mulia, Jakarta. Acara unggulan ini diselenggarakan oleh Indonesia sebagai bagian dari Keketuaan ASEAN pada tahun 2023 pada Selasa (5/9). Upacara pembukaan AIPF dihadiri oleh para Pemimpin ASEAN. Dalam pidato pembukaannya, Presiden RI Joko Widodo mengumumkan daftar proyek konkrit antara negara anggota ASEAN dengan negara – negara mitra.
Presiden RI menyampaikan AIPF bertujuan untuk membangun konektivitas, membuka peluang, dan mendorong kolaborasi yang saling menguntungkan antara negara-negara ASEAN dan Indo-Pasifik.
“AIPF dilandasi semangat kerja sama yang forward looking, untuk meletakkan
pondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan. Di tengah pelemahan perekonomian
global, perekonomian ASEAN tetap tangguh, bahkan melampaui rata-rata pertumbuhan global,” tegas Presiden.
AIPF mendorong terwujudnya ASEAN sebagai ‘Epicentrum of Growth’. Sebagai rumah bagi
beberapa negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, lokasi strategis ASEAN yang
terletak di jantung Indo-Pasifik menempatkan ASEAN sebagai pemain utama dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di kawasan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan panel yang dihadiri oleh Presiden World Bank, Direktur
Pelaksana IMF, Chairman World Economic Forum, dan Presiden ERIA. Panel ini dimoderatori oleh Chatib Basri, Menteri Keuangan Indonesia 2013-2014. Panelis membahas bagaimana ASEAN berhasil mengungguli kawasan lain dalam beberapa tahun terakhir, cara mempertahankan pertumbuhan ekonominya, dan bagaimana ASEAN harus mengantisipasi
tantangan di masa depan.
“ASEAN menyumbang 10% pertumbuhan global, yang berarti dua kali lipat porsi ASEAN dalam
perekonomian global – untuk mempertahankan pertumbuhan tersebut, ASEAN memerlukan
stabilitas makroekonomi dan keuangan. Kita juga harus bersama-sama mencari cara bagaimana
ASEAN dapat menjadi tangguh di dunia yang rentan terhadap guncangan, dengan memikirkan halhal yang tidak terpikirkan.” jelas Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF.
Panel kedua terdiri dari CSO Standard Chartered, CEO Thales Group, President Microsoft Asia, COO Masdar, CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan dimoderatori oleh Ketua UK-ASEAN Business Council. Panelis membahas tiga subtema AIPF dan proyek konkrit yang sedang mereka kerjakan di negaranegara ASEAN. BRI membahas pembiayaan berkelanjutan untuk UMKM, sementara Standard Chartered membahas struktur proyek inovatif dalam menjajaki industri baru. Thales dan Microsoft menyampaikan proyek mereka yang berkaitan dengan teknologi mutakhir yang berkelanjutan, dan
Sementara itu Masdar membahas proyek EBT, mencakup panel surya terapung di Cirata, Cianjur, yangmerupakan panel surya terapung terbesar di kawasan. Lebih dari 2.500 orang terdaftar untuk menghadiri forum dimaksud, sebagian besar berasal dari sektor swasta, mulai dari CEO global hingga pakar di bidangnya masing-masing. Forum 2 hari ini mencakup serangkaian sesi menarik, yang menampilkan pembicaraan para pemimpin, diskusi pleno, pameran proyek, dan peluang perjodohan bisnis.
Para Pemimpin ASEAN telah menyepakati untuk memasukkan referensi mengenai AIPF serta daftar proyek konkrit sebagai bagian dari Deklarasi Pemimpin ASEAN dan ASEAN Concord IV yang bersejarah. Presiden Joko Widodo menutup pidatonya dengan menjelaskan bahwa AIPF mewakili komitmen ASEAN untuk menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.
Tidak ada komentar