Results for "BENCANA"
Sepekan, 96 Kali Gempa Guncang NTB, Apa Penyebabnya ?

PortalNTB.com - BMKG Stasiun Geofisika Mataram merilis jumlah kegempaan di Nusa Tenggara Barat periode 11 hingga 18 Oktober 2019.

Pada satu pekan tersebut, NTB telah dilanda 96 kali gempa yang dominan Sumbernya berada di utara dan selatan NTB.
“Seismisitas di wilayah NTB dan sekitarnya pada Minggu ke dua bulan Oktober telah terjadi gempa sebanyak 96 kejadian, yang didominasi oleh kejadian gempa bumi di utara dan selatan NTB,” kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, Jumat, 18 Oktober 2019.
Meskipun demikian, gempa tersebut tidak dirasakan warga. Hanya satu kejadian gempa yang dirasakan oleh masyarakat.
“Gempa bumi tersebut dengan kedalaman dangkal (<60 km) dan magnitudo dengan rentang M<3. Dari 96 kejadian gempa bumi tersebut, terdapat satu kejadian gempa bumi signifikan,” ujarnya.
Gempa yang dirasakan pada 11 Oktober 2019 dengan magnitudo 2,6 dan kedalaman 10 kilometer. Gempa terasa dengan intensitas II MMI di Lombok Barat dan Mataram dan III MMI di Lombok Utara.
Sementara dari periode tersebut, pada tanggal 13 Oktober merupakan hari paling banyak terjadi gempa dengan 24 kali kejadian. (PN)





Berita Jumat, 18 Oktober 2019
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa di NTB Jadi Rujukan Nasional

Mataram – Proses penanganan gempa di NTB menjadi perhatian nasional. Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah korban gempa dengan pola pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) diadopsi secara nasional.
Secara terbuka Kepala Badan Nasional Penanggulangan  Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta daerah daerah lain, termasuk Sulawesi Tengah dan Maluku untuk mengadopsi penanganan bencana di Provinsi NTB.
Saat paparan di hadapan Presiden RI Joko Widodo  Selasa, 8 Oktober 2019 lalu, jenderal TNI bintang empat itu merekomendasikan pola- pola relokasi yang pernah dilakukan pascagempa di NTB ditiru.
Kepala BPBD NTB H. Ahsanul Khalik mengutip penjelasan Kepala BNPB, bahwa proses relokasi melibatkan unsur TNI dan Polri, sebagaimana dilakukan pemerintah saat menangani bencana gempa di Lombok dan Sumbawa, sebagaimana arahan Wakil Presiden (Wapres) RI H. Jusuf Kalla.
‘’Sesuai dengan arahan Bapak Wapres juga pada saat rapat yang lalu di Kantor Wapres, supaya polanya mengikuti pola yang dilakukan NTB, yaitu melibatkan unsur TNI dan Polri,’’ kata Ahsanul Khalik Rabu, 9 Oktober 2019 mengutip penjelasan Doni Monardo.
Selain pola sinergitas dengan TNI Polri, Ahsanul Khalik juga menjelaskan atensi nasional setelah mencermati penanganan pascagempa di NTB. Dimana dalam perjalanan kerja masa transisi rehab rekon, pola penanganan dampak gempa dibagi dalam kategori rumah rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat.
Dengan dasar ini kemudian ditentukan distribusi anggaran pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) untuk berbagai tipe disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Sebelum pembangunan, diawali dengan  seleksi dan tanda tangan Pakta Integritas kepada Aplikator, ditindaklanjuti dengan pembentukan Pokmas. Dalam  perjalanan pekerjaan, diawasi fasilitator Sipil dan TNI.
Pada kesempatan sama, Kepala BNPB juga melaporan  terkait  perkembangan penanganan bencana di Sulawesi Tengah, Maluku, termasuk di NTB untuk fase rehab rekon. (PN)




Berita Sabtu, 12 Oktober 2019
Satgas Reaksi Cepat Siap Sumbawa Barat latihan penanggulangan bencana


Sumbawa Barat - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbawa Barat, menggelar pelatihan peningkatan kapasitas terhadap Satuan Tugas Tim Reaksi Cepat (Satgas TRC) yang dilaksanakan di Pantai Balad.

Sebanyak 31 anggota satgas TRC terjun dalam pelatihan panjat tebing, renang, penyelamatan korban tenggelam dan bongkar pasang tenda dengan cepat. Pelatihan sengaja dilakukan di siang hari di bawah terik matahari dengan peralatan seadanya untuk melatih daya tahan anggota Satgas TRC terhadap situasi dan kondisi apapun.

Selama dua hari anggota Satgas TRC dilatih oleh dua orang anggota dari Kodim 1628/Sumbawa Barat yaitu Jab Danru Prov Kodim/SB, Serda Ruslin dan Jab Batin Ops Kodim 1628/SB, Serka Wira Jaya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD KSB, Hendra Adiwinata di Sumbawa Barat, Jumat, mengatakan pelatihan yang digelar oleh BPBD untuk melatih dan meningkatkan ketahanan fisik anggota Satgas TRC agar siap menghadapai bencana yang tiba-tiba datang tanpa mengenal situasi dan kondisi.

“Pelatihan ini pada prinsipnya yaitu penyelamatan, evakuasi dan pendistribusian logistik. Di penyelamatan anggota harus siap dengan fisik dan mental yang kuat untuk melakukan pencarian dan pertolongan kepada korban meninggal maupun hidup," katanya.

Dalam pelatihan itu, tambah Hendra, mereka dilatih untuk siap siaga sebelum adanya bencana. Mereka harus mampu memberikan pengamanan pendistribusian logistik ke tempat yang telah ditentukan.

Sementara itu, Kepala Seksi Kedaruratan Syaiful Arief mengungkapkan, pelatihan peningkatan kapasitas anggota Satgas TRC ini belum didukung oleh peralatan yang memadai yang memenuhi standar keamanan.

“Peralatan kami masih kurang, paling tidak harus ada peralatan yang memenuhi standar. Kami saat ini hanya memakai peralatan seadanya.” kata Arief.

Walaupun peralatan yang sederhana tanpa didukung standar keamanan, tetapi karena tugas dan fungsi Satgas TRC tetap menjalankan tugas untuk penanggulangan bencana maka kegiatan pelatihan harus tetap dilaksanakan untuk terus meningkatkan fisik dan mental anggota.

Salah seorang anggota Kodim 1628/Sumbawa Barat, Serda Ruslin yang menjadi Instruktur berharap kepada anggota TRC untuk memaksimalkan ilmu yang diberikan, sehingga dapat dipahami dijalani dan ditingkatkan ke depannya. (PN)







Berita
Sepanjang hari Minggu warga Jambi tak lihat matahari


Jambi - Sepanjang hari Minggu (22/9) warga Kota Jambi tidak melihat sinar matahari karena terhalang kabut asap yang kian pekat di langit kota itu dan sejumlah warga menyebut kali ini melebihi dari fenomena serupa tahun 2015.

"Saya bisa pastikan mungkin kabut asap yang terjadi Minggu ini lebih parah dari fenomena kabut asap tahun 2015. Saya kira ini lebih pekat dari dulu," kata Hendra, salah seorang warga Jambi yang juga ASN di kota itu.

Sudah beberapa hari ini, tidak ada terik matahari menerpa bumi Kota Jambi yang diganti dengan asap berwarna abu-abu di jalanan.

Bahkan sejak pukul 15.00 WIB hingga sore hari, langit Jambi berubah menjadi kuning akibat kabut asap itu.

Hal sama juga diungkapkan beberapa warga lainnya yang mengaku suasana Minggu sudah mirip dengan kejadian kabut asap pada tahun 2015 lalu.

"Ya hampir mirip, bahkan di daerah Kumpeh Muarojambi , Sabtu kemarin langit di sana sampai memerah, dan kendaraan harus menggunakan lampu besar," kata Nana, warga Kota Jambi lainnya.

Hal sama di Kota Jambi pada Minggu sore, sejumlah kendaraan roda empat menyalakan lampu kabut untuk memastikan aman di jalanan. Tebalnya kabut asap juga 'menghilangkan' Jembatan Gentala Arasy yang membentang di atas Sungai Batanghari tepatnya di depan rumah dinas Gubernur Jambi.

Jembatan untuk pejalan kaki yang merupakan ikon Kota Jambi tersebut nyaris tak terlihat mata saat dilihat dari dekat Pasar Angso Duo Kota Jambi karena tebalnya kabut asap.

"Mungkin ini kabut asap paling pekat dalam beberapa hari terakhir ini di Kota Jambi, langit juga menguning. Saya berharap besok tidak lebih parah dan segera turun hujan," kata Hendra.

Karena memiliki pengalaman dengan kabut asap 2015, Hendra mengaku telah menyiapkan langkah untuk keluarganya, terutama anaknya yang masih kecil.

Ia melarang putranya beraktifitas di luar, bahkan ia meminta untuk tetap di dalam kamar.

"Saya minta anak saya di dalam kamar, untuk menjamin agar tetap aman dari asap," katanya.

Sementara itu Pemerintah Kota Jambi melalui juru bicara yang juga Kabag Humas Abu Bakar merilis perkembangan indek standar pencemaran udara (ISPU) setiap waktu dan dipublikasikan melalui media sosial maupun media massa dan online.

Data realtime tersebut disampaikan berdasarkan parameter PM2.5. Seperti laporan pukul 15.30 WIB, pada Minggu (22/9) parameter PM2.5 nilai konsentrasinya 531 , di atas baku mutu atau kategori bahaya.

Berdasarkan parameter itu pula dan kajian faktor lainnya Kota Jambi memutuskan untuk meliburkan atau tidak meliburkan para siswa di sekolah.

"Pemerintah kota tidak begitu saja menetapkan kebijakan libur sekolah, kami menggunakan mekanisme yang bisa dipertanggungjawabkan, diantaranya menunggu analisa dan kajian dari Dinas Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan," kata Abu Bakar melalui grup media sosial resmi Pemkot Jambi.

Ia menyebutkan kualitas udara berdasarkan ISPU terus berfluktuasi setiap waktu, dan pihaknya terus memantau dan menginformasikan kepada masyarakat melalui berbagai saluran.

Kabut asap di Jambi pada Minggu juga mengakibatkan terganggunya beberapa penerbangan dari dan ke Bandara Jambi.

Sementara itu upaya penanganan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih terus diupayakan oleh Satgas Karhutla di sejumlah titik antara lain di Kumpeh Ulu Kabupaten Muarojambi dan di kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kedua lokasi kebakaran hutan dan lahan itu berada di atas lahan gambut.

Satgas Karhutla Jambi telah mendapat tambahan personel dari Yonif 144/Jaya Yudha Bengkulu sebanyak 100 orang dan Brimobda Polda Jambi sebanyak 75 personel. (PN)











Berita Senin, 23 September 2019
Jenazah WNA Finlandia tenggelam di Pantai Senggigi dievakuasi ke RS Bhayangkara


Mataram  - Jenazah seorang warga negara ssing asal Finlandia, Jerryfe Johhanes (40), korban tenggelam di perairan Senggigi, telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Juru bicara RS Bhayangkara Mataram AKP I Wayan Redana di Mataram, Kamis, membenarkan bahwa jenazah korban telah disemayamkan di ruang penitipan jenazah.

"Sekarang masih disemayamkan di RS Bhayangkara Mataram," kata Redana.

Terkait dengan autopsi, pihak rumah sakit masih menunggu persetujuan dari keluarganya. "Untuk autopsi, kita tunggu persetujuan keluarga korban dulu," ujarnya.



Menurut informasi, korban yang dievakuasi pada Kamis menjelanh siang dari kawasan perairan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, masih sempat sadarkan diri ketika dievakuasi ke pesisir pantai.

Pertolongan cepat yang dilakukan Petugas Patroli Satuan Polisi Perairan (Satpolair) Polres Lombok Barat di bawah pimpinan Ipda I Gusti Made Suarjaya itu berawal dari teriakan minta tolong keluarga dan kerabat dekat korban dari arah pesisir pantai. Mendengar hal itu, tim patroli langsung mengevakuasi korban.

Insiden ini terjadi berawal dari korban bersama keluarga dan kerabatnya sedang menikmati alam bawah laut perairan Senggigi dengan bersnokling. Namun seketika ombak datang, menyeret korban hingga ke tengah laut. (PN)










Berita Kamis, 19 September 2019
Gempa kembali menerjang Lombok, NTB, ada apa ?


Jakarta - Gempa magnitudo 3,1 terjadi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pusat gempa berada di darat.

BMKG pada akun twitter resminya menginformasikan gempa terjadi di barat daya Lombok Utara sekitar pukul 00.49 WIB, Minggu (15/9/2019). Kedalaman gempa berada pada 16 kilometer.

"Gempa magnitudo 3,1 pada 15 September 2019," tulis BMKG.

Sementara itu titik koordinat gempa berada di 8.48 Lintang Selatan dan 116.06 Bujur Timur.

Gempa dirasakan pada skala II (MMI) di Mataram. Artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. (PN)






Berita Rabu, 18 September 2019
Danrem Tinjau Proses Rehab Rekon Terpadu Pasca Masa Perpanjangan

Danrem 162/WB Tinjau Proses Rehab Rekons Terpadu Pasca Masa Perpanjangan 
Lombok Utara -  Pasca perpanjangan waktu Satgas Rehab rekons Terpadu TNI berdasarkan permohonan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc., kepada Mabes TNI, Danrem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani, S.Sos. SH. M.Han., melaksanakan peninjauan pembangunan rumah tahan gempa (RTG) di wilayah Kabupaten lombok Utara (KLU), Senin (16/9). 

Peninjauan yang didampingi Kasi Intelrem 162/WB Mayor Inf Hendra Sukmana, Danramil 1606-02/Tanjung dan para Danki Batayon Zeni Satgas Rehab Rekons wilayah KLU.
Pada kesempatan yang baik tersebut, selain melihat proses pembangunan, Danrem bersama rombongan juga berdialog dengan pemilik RTG maupun masyarakat setempat.
Selain itu, Danrem memberikan penekanan kepada Babinsa selaku fasilitator, Danramil setempat dan para Komandan Kompi Batayon Zeni TNI untuk bergerak cepat mensukseskan pembangunan RTG sebelum masa transisi selesai hingga tanggal 31 Desember mendatang.
“Ini harus sudah selesai sebelum tanggal 31 Desember mendatang,” ujar Danrem.
Terkait dengan dana yang masih belum terserap, Danrem meminta kepada Pokmas dibantu fasilitator untuk segera melakukan pencairan sesuai proseduryang berlaku. “Dana jangan sampai mengendap di Bank karena jika tidak segera dicairkan sampai batas waktu yang sudah ditentukan, maka akan balik lagi kepada negara,” terangnya. 
Orang nomor satu di jajaran Korem tersebut juga meminta setelah dilakukan pembangunan RTG baik didalam maupun dipinggir jalan agar segera dibersihkan dan dirapikan sehingga kesan gempa hilang dan tidak ada lagi dengan harapan masyarakat NTB terdampak gempa siap untuk bangkit kembali menuju NTB Gemilang.(N3G). (PN)



Berita Selasa, 17 September 2019
7 guncangan gempa bumi dirasakan warga Kota Mataram


Mataram  - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat tujuh kali gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 3,5 dirasakan warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, sejak Sabtu (14/9) hingga Senin, pukul 08.00 Wita.

"Sejak Sabtu (14/9), hingga Senin, pukul 08.00 Wita, tercatat 13 kali gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 3,5 dan tujuh di antaranya berdampak dirasakan di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat," kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi di Mataram, Senin.

Ia mengatakan getaran gempa bumi yang dirasakan warga Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat dengan intensitas maksimal III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah.

Terasakan getaran gempa oleh warga itu seakan-akan ada mobil truk sedang berlalu.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

Ardhianto menambahkan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter dangkal, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal.

"Gempa bumi tersebut terjadi akibat aktivitas sesar aktif, hasil interaksi sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thrust)," katanya.

Ia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan," katanya.

Ardhianto juga meminta masyarakat mencermati dan terus berlatih langkah-langkah praktis untuk antisipasi bahaya gempa bumi, baik saat persiapan sebelum gempa, saat, dan setelah gempa.

Masyarakat juga diminta memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website ( http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda, pwd pemda-bmkg) atau infobmkg. (PN)









Berita
Satgas Rehab-Rekon NTB akan menjemput aplikator bermasalah


Mataram  - Komandan Satuan Tugas Terpadu Rehabilitasi dan Rekonstruksi  pascagempa di Nusa Tenggara Barat, Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan pihaknya akan menjemput aplikator-aplikator bermasalah yang pulang ke daerahnya sebelum menyelesaikan tanggung jawab pembangunan perumahan tahan gempa.

"Ada beberapa aplikator yang kembali ke daerahnya, tapi pekerjaan belum selesai. Nanti kami jemput ke daerahnya," kata Rizal di Mataram, Senin.

Ia mengatakan aplikator rumah tahan gempa tersebut sudah menjalin kesepakatan dengan kelompok masyarakat (pokmas) untuk membangun kembali rumah warga yang rusak akibat gempa bumi pada 2018.

Namun, dalam perjalanannya ada beberapa aplikator yang meninggalkan tanggung jawab setelah menerima dana pembangunan dari pokmas.


Temuan tersebut, kata dia, sudah dibahas dengan jajaran Badan Penanggulangan Bencana Nasional, pemerintah daerah terdampak gempa, dan Kepolisian Daerah NTB.

"Sesuai dengan temuan-temuan di lapangan, kami akan ambil tindakan. Kita berikan peringatan, kalau tidak diindahkan akan dibawa ke ranah hukum," ujar Rizal yang juga menjabat sebagai Komandan Korem 162 Wira Bhakti tersebut.

Ia mengatakan percepatan rehab-rekon harus didukung oleh semua pihak, termasuk para aplikator yang melaksanakan proses pembangunan rumah tahan gempa.


Proses rehab-rekon diharapkan bisa selesai hingga berakhir masa perpanjangan masa transisi pascagempa pada 31 Desember 2019.

Ia menyebutkan masih ada sebanyak 20 ribu rumah yang belum tertangani di Kabupaten Lombok Utara, terutama di Kecamatan Kayangan, dan Bayan yang juga merupakan daerah terdampak gempa bumi cukup parah.

"Kami dari TNI juga berjuang keras dalam proses percepatan rehah-rekon. Sudah ada tambahan 400 Prajurit Batalyon Zeni Tempur sehingga total ada 800 prajurit yang ditugaskan di Lombok Utara," katanya. (PN)










Berita