Results for "GEMPA"
Gempa Bumi Terasa di Lombok Barat dan Lombok Utara

PORTALNTB.com – Wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat diguncang gempa pukul 13.12 Wita, Jumat, 1 November 2019.
Gempa bumi dirasa dengan intensitas hijau atau dirasa banyak orang di wilayah Lembar Lombok Barat dan sekitarnya.
Gempa juga dirasakan di wilayah Lombok Utara. Masyarakat di sana merasakan getaran yang berlangsung beberapa detik.
Gempa terjadi dua kali. Getaran awal sedikit kecil kemudian disusul getaran kedua yang cukup dirasakan. Banyak warga keluar dari rumah mereka.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, mengatakan gempa bermagnitudo 3,1 dengan kedalaman 10 kilometer. “Pusat gempa berada di 17 kilometer barat laut Lombok Barat,” katanya. (PN)




Berita Sabtu, 02 November 2019
Sepekan, 96 Kali Gempa Guncang NTB, Apa Penyebabnya ?

PortalNTB.com - BMKG Stasiun Geofisika Mataram merilis jumlah kegempaan di Nusa Tenggara Barat periode 11 hingga 18 Oktober 2019.

Pada satu pekan tersebut, NTB telah dilanda 96 kali gempa yang dominan Sumbernya berada di utara dan selatan NTB.
“Seismisitas di wilayah NTB dan sekitarnya pada Minggu ke dua bulan Oktober telah terjadi gempa sebanyak 96 kejadian, yang didominasi oleh kejadian gempa bumi di utara dan selatan NTB,” kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, Jumat, 18 Oktober 2019.
Meskipun demikian, gempa tersebut tidak dirasakan warga. Hanya satu kejadian gempa yang dirasakan oleh masyarakat.
“Gempa bumi tersebut dengan kedalaman dangkal (<60 km) dan magnitudo dengan rentang M<3. Dari 96 kejadian gempa bumi tersebut, terdapat satu kejadian gempa bumi signifikan,” ujarnya.
Gempa yang dirasakan pada 11 Oktober 2019 dengan magnitudo 2,6 dan kedalaman 10 kilometer. Gempa terasa dengan intensitas II MMI di Lombok Barat dan Mataram dan III MMI di Lombok Utara.
Sementara dari periode tersebut, pada tanggal 13 Oktober merupakan hari paling banyak terjadi gempa dengan 24 kali kejadian. (PN)





Berita Jumat, 18 Oktober 2019
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa di NTB Jadi Rujukan Nasional

Mataram – Proses penanganan gempa di NTB menjadi perhatian nasional. Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah korban gempa dengan pola pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) diadopsi secara nasional.
Secara terbuka Kepala Badan Nasional Penanggulangan  Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta daerah daerah lain, termasuk Sulawesi Tengah dan Maluku untuk mengadopsi penanganan bencana di Provinsi NTB.
Saat paparan di hadapan Presiden RI Joko Widodo  Selasa, 8 Oktober 2019 lalu, jenderal TNI bintang empat itu merekomendasikan pola- pola relokasi yang pernah dilakukan pascagempa di NTB ditiru.
Kepala BPBD NTB H. Ahsanul Khalik mengutip penjelasan Kepala BNPB, bahwa proses relokasi melibatkan unsur TNI dan Polri, sebagaimana dilakukan pemerintah saat menangani bencana gempa di Lombok dan Sumbawa, sebagaimana arahan Wakil Presiden (Wapres) RI H. Jusuf Kalla.
‘’Sesuai dengan arahan Bapak Wapres juga pada saat rapat yang lalu di Kantor Wapres, supaya polanya mengikuti pola yang dilakukan NTB, yaitu melibatkan unsur TNI dan Polri,’’ kata Ahsanul Khalik Rabu, 9 Oktober 2019 mengutip penjelasan Doni Monardo.
Selain pola sinergitas dengan TNI Polri, Ahsanul Khalik juga menjelaskan atensi nasional setelah mencermati penanganan pascagempa di NTB. Dimana dalam perjalanan kerja masa transisi rehab rekon, pola penanganan dampak gempa dibagi dalam kategori rumah rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat.
Dengan dasar ini kemudian ditentukan distribusi anggaran pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) untuk berbagai tipe disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Sebelum pembangunan, diawali dengan  seleksi dan tanda tangan Pakta Integritas kepada Aplikator, ditindaklanjuti dengan pembentukan Pokmas. Dalam  perjalanan pekerjaan, diawasi fasilitator Sipil dan TNI.
Pada kesempatan sama, Kepala BNPB juga melaporan  terkait  perkembangan penanganan bencana di Sulawesi Tengah, Maluku, termasuk di NTB untuk fase rehab rekon. (PN)




Berita Sabtu, 12 Oktober 2019
Bulan September: 284 Gempa Bumi di NTB, 11 Dirasakan

Mataram - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis jumlah gempa bumi di Nusa Tenggara Barat sepanjang September 2019.
Dalam catatan BMKG, terjadi 284 gempa bumi di NTB, 11 di antaranya dirasakan warga.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, mengatakan dari total jumlah gempa tersebut, sebanyak 187 kali gempa bermagnitudo kurang dari 3, sementara di atas 3 dan 5 magnitudo sebanyak 97 kali.
“Semenjak tanggal 14 September 2019 lokasi gempa di daerah ini berdasarkan catatan kami menunkukkan keaktifan, dengan range magnitude kecil kurang dari skala 4 dan kedalaman dangkal, dan dirasakan dengan intensitas kecil (III MMI),” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu, 9 Oktober 2019.
III MMI merupakan perhitungan gempa dengan berdasarkan kondisi yang dirasakan masyarakat. Skala III MMI menggambarkan gempa seperti sebuah truk yang lewat di depan rumah.
Frekuensi gempa terbanyak pada tanggal 21 September dengan 22 kejadian.
Sebagian besar gempa akibat dari aktivitas sesar aktif hasil interaksi sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thrust). Namun bukan berada pada segmen atau sumber gempa 7,0 tahun lalu. (PN)






Berita Kamis, 10 Oktober 2019
Ini Penyebab Gempa Lombok Pagi Tadi

Lombok, Nusa Tenggara Barat diguncang gempa bermagnitudo 3,9, pukul 06.04 Wita, Rabu, 9 Oktober 2019.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, mengatakan episenter terletak pada koordinat 8,38 LS dan 116,06 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 11 km barat daya Lombok Utara pada kedalaman 17 km.
Dia menjelaskan, penyebab gempa akibat aktivitas back arc thrust atau aktivitas deformasi batuan dengan pergerakan naik yang memicu gempa 7,0 tahun lalu.
Gempa tersebut dirasakan nyata oleh masyarakat. Bahkan, rumah bergetar seperti truk lewat melintasi depan rumah.
“Guncangan dirasakan di wilayah Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Tengah III MMI,” katanya.
Gempa dangkal tersebut tidak berpotensi tsunami. (PN)




Berita Rabu, 09 Oktober 2019
NTB di hantui gempa lagi, kini sumbernya dari JATIM berkekuatan 5,6 M


Mataram - Rentetan guncangan gempa bumi yang terjadi di Jawa Timur juga dirasakan warga di Pulau Lombok, dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa bumi magnitudo 5,6 pada pukul 14.06 WIB, berada pada 6,40 Lintang Selatan dan 111,84 Bujur Timur atau 58 kilometer Barat Laut Tuban, Jatim, dengan kedalaman 656 kilometer.

Gempa bumi susulan dengan magnitudo 6,0 terjadi pada pukul 14.31 WIB. Pusat gempa bumi berada pada 58 kilometer Barat Laut Tuban, Jatim, pada kedalaman 648 kilometer.



Gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

Asyriani, salah seorang warga Kota Mataram, mengaku merasakan guncangan gempa, sehingga lari keluar rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Saya sempat teriak gempa... gempa. Anak-anak yang sedang terlelap sontak terbangun dari tidurnya dan ikut lari keluar rumah," sebut ibu dua anak itu.

Asyriani juga mengaku merasakan guncangan gempa bumi dua kali. Jarak waktunya tidak berselang lama setelah gempa pertama.

Guncangan gempa bumi juga dirasakan di lima kabupaten di Pulau Sumbawa, NTB.

"Guncangan gempa terasa hingga Palibelo, Bima," kata Suryani, melalui pesan singkat whats app group, BMKG Bima.

Hingga berita ini disiarkan, belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat guncangan gempa bumi di Jatim yang terasa hingga NTB.

Penjelasan dari BMKG, gempa bumi di Jatim yang dirasakan hingga di NTB, disebabkan kedalaman gempa bumi tersebut 656 kilometer (masuk kriteria gempa bumi dalam).

Kriteria gempa bumi dalam kedalamannya lebih dari 300 kilometer. Jika gempa bumi tersebut dalam dan magnitudonya besar, maka dampak guncangan di permukaannya juga luas. (PN)










Berita Kamis, 19 September 2019
Gempa kembali menerjang Lombok, NTB, ada apa ?


Jakarta - Gempa magnitudo 3,1 terjadi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pusat gempa berada di darat.

BMKG pada akun twitter resminya menginformasikan gempa terjadi di barat daya Lombok Utara sekitar pukul 00.49 WIB, Minggu (15/9/2019). Kedalaman gempa berada pada 16 kilometer.

"Gempa magnitudo 3,1 pada 15 September 2019," tulis BMKG.

Sementara itu titik koordinat gempa berada di 8.48 Lintang Selatan dan 116.06 Bujur Timur.

Gempa dirasakan pada skala II (MMI) di Mataram. Artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. (PN)






Berita Rabu, 18 September 2019
Danrem Tinjau Proses Rehab Rekon Terpadu Pasca Masa Perpanjangan

Danrem 162/WB Tinjau Proses Rehab Rekons Terpadu Pasca Masa Perpanjangan 
Lombok Utara -  Pasca perpanjangan waktu Satgas Rehab rekons Terpadu TNI berdasarkan permohonan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc., kepada Mabes TNI, Danrem 162/WB Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani, S.Sos. SH. M.Han., melaksanakan peninjauan pembangunan rumah tahan gempa (RTG) di wilayah Kabupaten lombok Utara (KLU), Senin (16/9). 

Peninjauan yang didampingi Kasi Intelrem 162/WB Mayor Inf Hendra Sukmana, Danramil 1606-02/Tanjung dan para Danki Batayon Zeni Satgas Rehab Rekons wilayah KLU.
Pada kesempatan yang baik tersebut, selain melihat proses pembangunan, Danrem bersama rombongan juga berdialog dengan pemilik RTG maupun masyarakat setempat.
Selain itu, Danrem memberikan penekanan kepada Babinsa selaku fasilitator, Danramil setempat dan para Komandan Kompi Batayon Zeni TNI untuk bergerak cepat mensukseskan pembangunan RTG sebelum masa transisi selesai hingga tanggal 31 Desember mendatang.
“Ini harus sudah selesai sebelum tanggal 31 Desember mendatang,” ujar Danrem.
Terkait dengan dana yang masih belum terserap, Danrem meminta kepada Pokmas dibantu fasilitator untuk segera melakukan pencairan sesuai proseduryang berlaku. “Dana jangan sampai mengendap di Bank karena jika tidak segera dicairkan sampai batas waktu yang sudah ditentukan, maka akan balik lagi kepada negara,” terangnya. 
Orang nomor satu di jajaran Korem tersebut juga meminta setelah dilakukan pembangunan RTG baik didalam maupun dipinggir jalan agar segera dibersihkan dan dirapikan sehingga kesan gempa hilang dan tidak ada lagi dengan harapan masyarakat NTB terdampak gempa siap untuk bangkit kembali menuju NTB Gemilang.(N3G). (PN)



Berita Selasa, 17 September 2019
7 guncangan gempa bumi dirasakan warga Kota Mataram


Mataram  - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat tujuh kali gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 3,5 dirasakan warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, sejak Sabtu (14/9) hingga Senin, pukul 08.00 Wita.

"Sejak Sabtu (14/9), hingga Senin, pukul 08.00 Wita, tercatat 13 kali gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 3,5 dan tujuh di antaranya berdampak dirasakan di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat," kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi di Mataram, Senin.

Ia mengatakan getaran gempa bumi yang dirasakan warga Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat dengan intensitas maksimal III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah.

Terasakan getaran gempa oleh warga itu seakan-akan ada mobil truk sedang berlalu.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

Ardhianto menambahkan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter dangkal, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal.

"Gempa bumi tersebut terjadi akibat aktivitas sesar aktif, hasil interaksi sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thrust)," katanya.

Ia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan," katanya.

Ardhianto juga meminta masyarakat mencermati dan terus berlatih langkah-langkah praktis untuk antisipasi bahaya gempa bumi, baik saat persiapan sebelum gempa, saat, dan setelah gempa.

Masyarakat juga diminta memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website ( http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda, pwd pemda-bmkg) atau infobmkg. (PN)









Berita
Satgas Rehab-Rekon NTB akan menjemput aplikator bermasalah


Mataram  - Komandan Satuan Tugas Terpadu Rehabilitasi dan Rekonstruksi  pascagempa di Nusa Tenggara Barat, Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan pihaknya akan menjemput aplikator-aplikator bermasalah yang pulang ke daerahnya sebelum menyelesaikan tanggung jawab pembangunan perumahan tahan gempa.

"Ada beberapa aplikator yang kembali ke daerahnya, tapi pekerjaan belum selesai. Nanti kami jemput ke daerahnya," kata Rizal di Mataram, Senin.

Ia mengatakan aplikator rumah tahan gempa tersebut sudah menjalin kesepakatan dengan kelompok masyarakat (pokmas) untuk membangun kembali rumah warga yang rusak akibat gempa bumi pada 2018.

Namun, dalam perjalanannya ada beberapa aplikator yang meninggalkan tanggung jawab setelah menerima dana pembangunan dari pokmas.


Temuan tersebut, kata dia, sudah dibahas dengan jajaran Badan Penanggulangan Bencana Nasional, pemerintah daerah terdampak gempa, dan Kepolisian Daerah NTB.

"Sesuai dengan temuan-temuan di lapangan, kami akan ambil tindakan. Kita berikan peringatan, kalau tidak diindahkan akan dibawa ke ranah hukum," ujar Rizal yang juga menjabat sebagai Komandan Korem 162 Wira Bhakti tersebut.

Ia mengatakan percepatan rehab-rekon harus didukung oleh semua pihak, termasuk para aplikator yang melaksanakan proses pembangunan rumah tahan gempa.


Proses rehab-rekon diharapkan bisa selesai hingga berakhir masa perpanjangan masa transisi pascagempa pada 31 Desember 2019.

Ia menyebutkan masih ada sebanyak 20 ribu rumah yang belum tertangani di Kabupaten Lombok Utara, terutama di Kecamatan Kayangan, dan Bayan yang juga merupakan daerah terdampak gempa bumi cukup parah.

"Kami dari TNI juga berjuang keras dalam proses percepatan rehah-rekon. Sudah ada tambahan 400 Prajurit Batalyon Zeni Tempur sehingga total ada 800 prajurit yang ditugaskan di Lombok Utara," katanya. (PN)










Berita