Results for "radikalisme"
Elemen Masyarakat di Denpasar Bali Gencar Tolak Keras Radikalisme

 


Perkembangan sejumlah kasus radikalisme di lingkungan masyarakat, menjadikan beberapa kelompok masyarakat mengambil langkah tegas.

Salah satunya memasang spanduk yang menyatakan bahwa menolak radikalisme karena membahayakan dan tidak sesuai dengan ideologi bangsa. Pemasangan spanduk tersebut  dengan tujuan agar masyarakat membaca dan meresapi makna yang terkandung dalam isi tulisan tersebut.

Spanduk yang menyatakan menolak Radikalisme tersebut diketahui terpasang di beberapa lokasi seputar Kota Denpasar Bali seperti yang terpasang di Jalan Pulau Galang, Denpasar.

Pemasangan spanduk ini mendapat tanggapan positif  dari sejumlah warga. Diantaranya yang diungkapkan Gede Wijaya Saputra, menyampaikan bahwa pemasangan spanduk tersebut dimungkinkan untuk mengajak masyarakat agar menolak radikalisme di lingkungannya.

"Hal ini untuk mengantisipasi bahaya radikalisme yang nantinya bisa mengarah pada gerakan terorisme," ujar Gede.

Gede melanjutkan Bali memiliki sejarah kelam terhadap aksi terorisme beberapa tahun yang lalu. Dimana wilayah Bali diguncang oleh ledakan bom sebanyak dua kali sehingga menimbulkan kerugian materiil dan korban jiwa lebih dari ratusan orang.

"Setiap orang dengan berbagai latar belakang berpotensi terpapar paham radikal. Paham radikal tak memandang status sosial maupun profesi dalam mengajak orang ke gerakan terorisme," imbuhnya.

Dikatakannya juga bahwa penyebaran radikalisme dan terorisme saat ini semakin masif dilakukan melalui di media sosial. Berbagai konten seperti tulisan, gambar, audio, dan audio visual tentang propaganda bertebaran di media sosial.

Jika tidak bijak, bukan tidak mungkin generasi muda khususnya sebagai pengakses media sosial dapat terpapar paham radikal dan masuk ke dalam gerakan terorisme. Karena itu, kelompok masyarakat yang ada di Denpasar ikut serta menghimbau semua pihak untuk waspada serangan radikal kepada generasi muda milenial.

Untuk itu, masyarakat harus ikut serta menggencarkan perlawanan terhadap paham-paham radikalisme dan terorisme di media sosial. Agar paham tersebut tak dapat berkembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) khususnya Provinsi Bali. ***

Redaksi Selasa, 23 November 2021
Kemenag NTB Cegah Radikalisme Lewat Pendidikan

MATARAM – NTB menjadi zona merah dalam penyebaran paham radikal secara nasional, sehingga Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTB terus mendorong pencegahan dalam meningkatkan pembinaan tetap paham radikal. Tidak hanya untuk kalangan masyarakat umum tetapi akan mengintensifkan melalui dunia pendidikan.
“Rencana aksi kita baik kepada masyarakat yang sudah terpapar radikal dan ke lembaga pendidikan akan lebih melakukan deradikalisasi, sehingga tidak radikal lagi. Kita akan lebih banyak melakukann pendampingan dan sosialisasi,” kata Pembimbing Syariah Kanwil Kemenag Provinsi NTB, Hj. Eka Muftatiah, Jumat (17/1).
Eka menjelaskan arti deradikalisasi adalah melakukan pemulihan kembali pemahaman dari pada orang-orang yang sudah terpapar radikal. Disamping itu tentu memperbanyak pencegahan dengan melakukan sosialisai ke lembanga pendidikan, termasuk juga untuk melakukan pencegahan.
Oleh sebab itu, lanjut Eka, Kanwil Kemenang NTB akan melakukan kerja sama dengan dunia pendidikan dengan melibatkan para tokoh-tokoh pendidikan dalam pencegahan di setiap lembaga pendidikan dibawah naungan Kemenag. Namun tidak menutup kemungkin juga melakukan kerja sama dengan dunia pendidikan di luar naungan kemenang, yakni Kemendikbud.
“Kita tetap akan bersinergi dengan dunia pendidikan, mungkin seperti kita dilevel MTs dan MA. Bahkan kita akan juga koordinasi dengan sekolah di bawah naungan Dikbud,” ucapnya.
Menurut Eka, selain membahas kembali tentang radikal, tentu tidak terlepas melakukan pendampingan kepada keluarga mantan pelaku radikalisme. Misalnya juga ke mantan-mantan teroris. Ini yang menjadi tugas pokok Kanwil Kemenag di Bidang Pembinaan Syariah disamping tugas yang lain.
“Di dunia pendidikan, kita lebih melakukan pencegahan maupun pendampingan kepada guru dan siswa,” ujar Eka.




Berita Senin, 20 Januari 2020
FPP Penatoi Adakan Seminar Potensi Kekerasan Atas Dasar Keyakinan


Kota Bima- Forum Pemuda Peduli (FPP) Kelurahan Penatoi berkerja sama dengan Pemerintah Kelurahan Penatoi mengadakan seminar potensi kekerasan atas dasar keyakinan tahun 2019, di Gedung Serba Guna kelurahan setempat, Kamis (12/12).

Lurah Penatoi Abidin saat sambutan singkatnya mengharapkan kepada masyarakat Penatoi agar selalu menjaga kebersamaan, gotong-royong dan merawat silaturrahmi agar tidak terjadi kerenggangan di tengah masyarakat.

Sementara itu, Wakil Walikota Bima Feri Sofiyan yang berkesempatan mengawali sambutannya dengan ungkapan rasa prihatin dengan adanya penangkapan terduga teroris di Penatoi. Menurut Feri, penangkapan yang dilakukan aparat terkait tidak serampangan, melainkan ada prosedur yang dilalui. Salah satunya ada alat bukti yang menjerat terduga pelaku.

“Warga penatoi yang ditangkap merupakan hasil operasi intelejen penegak hukum. Mereka sudah dibuntuti dan diawasi sejak lama,” katanya.

Kendati demikian, penangkapan ini yang terakhir kalinya. Jangan lagi ada warga kelurahan setempat yang terlibat dalam paham garis keras dan pada akhirnya nanti berurusan dengan pihak yang berwajib.

Feri juga berharap agar etika dan nilai kesopanan, toleransi, gotong-royong, serta kebersamaan harus selalu dipupuk dan dilestarikan di Kelurahan Penatoi. Agar dinamika hidup di tengah – tengah masyarakat bisa berjalan dengan baik.

Di tempat yang sama, Kasat Binmas Polres Bima Kota AKP M Yamin menjelaskan, negara ini diatur oleh Hukum. Allah SWT yang menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa agar bisa saling mengenal satu sama lain.

Warga saat menghadiri Seminar Potensi Kekerasan Atas Dasar Keyakinan.

“Dari kegiatan ini, saya berharap agar kepedulian kepada keluarga harus selalu ditingkatkan, dengan cara mengawasi pergaulan anak, mengajarkan nilai-nilai agama yang baik, mengajarkan berprilaku sopan, ramah, toleransi dan tidak mengedepankan emosional dan hawa nafsu,” inginnya.

Akademisi dari IAI Muhamadiyah Bima Ruslan mengatakan, radikalisme adalah paham yang sangat mendasar. Radikal ada yang bersifat positif yaitu loyal kepada pemerintah atau negara dan perangkatnya serta aturan yang ada.

Kemudian radikal bersifat negatif yaitu memiliki ideologi yang ingin menang sendiri, menganggap hanya dirinya yang paling benar, mengkafirkan aliran orang lain, kendati masih dalam satu iman dan kepercayaan.

“Sehingga keberadaan radikal yang negatif ini meresahkan orang banyak dan mengganggu keamanan dan ketentraman,” katanya.

Paham radikal maupun terorisme sambungnya, akan memunculkan masalah baru, bukan menyelesaikan masalah. Ia pun memberi contoh yang diakibatkan oleh perilaku radikal yaitu jika suaminya ditangkap, istri akan kehilangan suami, anak kehilangan bapak, masyarakat resah, korban berjatuhan dan lain-lain.

“Jadi, jika paham radikal ini terus berkembang, maka akan banyak pihak yang dirugikan,” sesalnya.
Ia menambahkan, penyebab adanya radikalisme atau terorisme ini karena beberapa faktor. Seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketidakpuasan dan adanya doktrin agama yang sangat kuat, sehingga tidak ada lagi yang ditakuti.

“Saat ini pun radikalisme menjadi ancaman yang membahayakan bagi keberlangsungan hidup beragama,” tambahnya. (PN)

















Berita Jumat, 13 Desember 2019