Results for "teroris"
KKB Papua Dinilai hanya Sengsarakan Masyarakat

ANTARA/HUMAS POLDA PAPUA Korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dibawa menggunakan truk menuju pesawat saat evakuasi di Intan Jaya, Papua.   

NIAT buruk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua semakin terbuka seiring berjalannya waktu. Demi ambisi akan kekuasaan, mereka tidak segan-segan mengorbankan apa pun, termasuk menyengsarakan warga masyarakat Papua.

Hal tersebut diungkapkan pengamat birokrasi yang juga  Wakil Sekjen LSM Lumbung Informasi Rakyat (Lira), Varhan Abdul Azis, Jumat (12/11. Menurut  Varhan kedok perjuangan KKB yang katanya untuk menegakkan hak-hak asasi warga Papua hanya slogan. Terbukti, alih-alih  menegakkan hak asasi, merekajustru membuat rakyat Papua sengsara dengan membakar gedung-gedung sekolah dan membunuh rakyat tidak berdosa.

“Sebenarnya bukti sudah menggunung bahwa KKB hanya memperjuangkan ambisi politik mereka sendiri untuk mengambil alih kekuasaan dan menjadi penguasa,” kata Varhan. Tidak hanya membunuhi rakyat dan para tokoh masyarakat Papua, mereka juga tega membunuh para guru, tokoh yang berperan membebaskan masyarakat Papua dari keterbelakangan dan buta huruf. 

“Lihat saja kelakuan mereka. Apakah menembak mati Oktovianus Rayo dan Yonatan Randen, para guru honorer di SD Impres Beoga, yang tengah berjuang membebaskan warga Papua dari buta huruf itu perjuangan? Apakah membakari sekolah, menembaki klinik dan rumah-rumah warga itu perjuangan?” kata Varhan.     

Yang terjadi, kata Varhan, KKB menutup rapat-rapat peluang kemajuan bagi anak-anak muda Papua. Mereka membakar enam ruang kelas SMP, satu ruang laboratorium, satu ruangan perpustakaan, yang selama ini menjadi tempat belajar anak-anak muda Papua. 

Belum lagi yang mereka lakukan sebelum dan sesudah peristiwa itu. “Apa yang mereka katakan sebagai perjuangan demi warga Papua itu terbukti hanya omong kosong. Yang mereka lakukan di lapangan justru menyengsarakan rakyat.” Penilaian Varhan tersebut sejalan dengan apa yang dirasakan warga asli Papua sendiri, termasuk Kepala Suku Dani di Kabupaten Puncak Ilaga, Jembatan Murib. 

“Mereka selama ini justru lebih sering mengacau dan menebar teror bagi warga Bumi Cendrawasih, ketimbang berjuang untuk kesejahteraan rakyat Papua seperti yang sering mereka jadikan dalih,” kata Jembatan Murib.



 

Redaksi Senin, 15 November 2021
Ada Rizieq Shihab di Barang Bukti Terduga Teroris Condet dan Bekasi


 Sejumlah barang bukti yang disita polisi dari penangkapan terduga teroris di Condet dan Bekasi. - ([Suara.com/Ria Rizki)

Tambolaknews – Polda Metro Jaya mengamankan sejumlah barang bukti dari terduga teroris yang dicokok di Bekasi, Jawa Barat dan Condet, Jakarta Timur. Ada sejumlah barang bukti yang mengandung unsur Front Pembela Islam (FPI).

Barang bukti tersebut diungkap dalam jumpa pers di depan Gedung Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (29/3/2021). Dari pantauan Suara.com, barang bukti yang mengandung unsur FPI tersebut.

Seragam FPI bernuansa hijau dan putih, seragam putih Laskar FPI Cabang Cibarusah, Bekasi. Lalu ada buku yang cukup tebal dengan tulisan FPI Amar Maruf Nahi Munkar.

Selain itu, terdapat compact disc (CD) berisikan ceramah dengan tema yang berbeda-beda. Ada juga CD yang berisikan tabligh akbar Aksi Bela Islam dengan mencantumkan wajah eks pentolan FPI, Habib Rizieq Shihab.

Kemudian, kepolisian juga mengamankan kalender acara Reuni Akbar 212 pada 2019 beserta satu buah kaus.

“Tentunya akan menjadi temuan awal yang didalami oleh teman-teman penyidik Densus 88 Antiteror Polri,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran saat jumpa pers.

Selain itu, sebuah kartu anggota FPI menjadi salah satu barang bukti penangkapan terduga teroris di Jakarta Timur. Tertulis nama identitas pemilik kartu anggota FPI tersebut, yakni Husein Hasny.

Dalam kartu anggota FPI itu, Husein Hasni tertera berkedudukan sebagai Wakil Ketua Bidang Jihad. Dia memiliki NIF: 11.03.05/004.

Hingga kekinian, belum diketahui sejauh mana keterlibatan Husein Hasni dalam penangkapan terduga teroris tersebut.

Redaksi Jumat, 11 Juni 2021
Sadis, Sejak Januari 2021 OPM Sudah 8 Kali Serang Warga Sipil dan TNI



Aksi brutal Kelompok Kriminal Bersenjata yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Tanah Papua ternyata sudah semakin menjadi-jadi.

Gerombolan bersenjata OPM ini ternyata tidak hanya menargetkan aparat TNI dan Polri saja sebagai sasarannya, tapi mereka juga menargetkan warga sipil yang dianggap tidak mendukung dengan gerakan mereka.

Perwira Penerangan (Papen) Kogabwilhan III, Lekol Laut Deni Wahidin menyatakan, dalam dua bulan terakhir kelompok bersenjata KKB atau OPM begitu aktif mengganggu pos TNI-Polri di Intan Jaya.

Menurut Letkol Deni, mereka tidak hanya menembaki pos TNI-Polri, mereka juga mengganggu aktivitas masyarakat. Total ada delapan kontak tembak antara TNI-Polri dan KKB atau OPM sejak Januari hingga Februari.

“Mereka itu aktif menembaki pos kita, selain itu mereka kerap mengintimidasi masyarakat dan pejabat Pemda Intan Jaya,” kata Papen Kogabwilhan III Letkol Laut Deni Wahidin dalam keterangannya, Senin, 22 Februari 2021.

Dia menambahkan, sejak Januari 2021 hingga hari ini setidaknya telah terjadi delapan kasus kontak senjata yang melibatkan para gerombolan bersenjata OPM itu.

Pada tanggal 6 Januari 2021, kelompok OPM telah melakukan penyerangan dan pembakaran satu buah pesawat misionaris milik PT MAF di Kampung Pagamba, Distrik Biandoga, Kabupaten Intan Jaya. Untungnya tidak ada korban jiwa atas insiden itu, karena Sang Pilot bernama Alex Luferchek yang merupakan warga negara Amerika Serikat berhasil melarikan diri sebelum pesawat tersebut habis dilahap si-jago merah.

Pada tanggal 30 Januari 2021, gerombolan OPM itu juga kembali menembak seorang warga sipil yang bernama Boni Bagau. Boni Bagau adalah warga Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya ini, dia tewas ditembak oleh kelompok OPM pimpinan Undius Kogoya di perbatasan Distrik Sugapa dan Distrik Homeyo. Boni ditembak karena dituduh sebagai mata-mata dari aparat keamanan TNI-Polri.

Kemudian nasib yang sama dialami oleh Ramli. Warga Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya itu juga tewas ditangan OPM pada hari Senin 8 Februari 2021 atau satu minggu setelah kematian Boni Bagau.

Selain itu, sejak Januari 2021, lima orang prajurit terbaik TNI telah tewas akibat serangan OPM, mereka adalah:

1. Almarhum Prada Agus Kurniawan.
Prada Agus Kurniawan terkena tembakan dari kelompok OPM pada tanggal 10 Januari 2021. Kontak tembak antara sejumlah prajurit Satgas Pamtas Mobile RI-PNG itu dengan kelompok OPM terjadi sekitar pukul 11.40 WIT ketika prajurit TNI AD tengah melakukan patroli rutin di Distrik Titigi, Intan Jaya, Papua. Prada Agus tewas setelah peluru OPM menembus bagian punggungnya.

2. Almarhum Pratu Roy Vebrianto.
Pratu Roy adalah Anggota Yonif Raider 400/Banteng Raider yang bertugas sebagai Satgas Pamtas RI-PNG. Dia tewas pada hari Jum’at pagi, 22 Januari 2021 usai melaksanakan salat subuh di Pos Titigi, Intan Jaya, Papua. Pratu Roy langsung tersungkur setelah timah panas menerjang dada kanannya dari jarak kejauhan.

3. Almarhum Pratu Dedi Hamdani.
Pratu Dedi Hamdani adalah prajurit TNI AD yang berasal dari Yonif Raider 408/SBH yang bertugas bersama Yonif Raider 400/BR di bawah komando Kodam IV/Diponegoro. Pratu Dedi tewas pada hari Jum’at, 22 Januari lalu.

Pratu Dedi dikabarkan tewas setelah mengejar para pelaku penembakan terhadap Pratu Roy Vebrianto di wilayah Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

4. Almarhum Praka Hendra Sipayung. Praka Hendra tewas ditembak dari jarak dekat oleh OPM pada hari Jum’at, 12 Februari 2021 lalu. Praka Hendra adalah prajurit TNI AD dari Satuan Tugas (Satgas) Aparat Teritorial (Apter) Kodim Persiapan Intan Jaya. Dia tewas ketika tengah berada di sebuah warung milik warga Papua yang bernama Kevin yang letaknya tidak jauh dari Kodim Persiapan Intan Jaya.

5. Terakhir, Almarhum Prada Ginanjar Arianda. Prada Ginanjar tewas tertembak pada Senin pagi, 15 Februari 2021, sekitar pukul 08.23 WIT, ketika berada di Pos Peninjauan di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.





Sumber

Redaksi Jumat, 26 Februari 2021
Polri: Beda dengan JI, JAD Lebih Terstruktur di Dunia Maya


PortalNTB.com - Polisi menggambarkan penyebaran kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lebih masif dibanding kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI). Hal tersebut lantaran JAD membangun sistem yang terstruktur di dunia maya, yaitu media sosial.

"JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan. Mereka terstrukturnya secara virtual," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2019).


Hal tersebut disampaikan Dedi bersamaan dengan rilis penangkapan 22 terduga teroris dalam kurun 10-14 Oktober 2019 atau usai penusukan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto oleh terduga teroris Syahrial Alamsyah alias Abu Rara di Menes, Pandeglang, Banten.

Dedi menyebut JAD membangun sistem komunikasi virtual yang intens dengan simpatisan dan anggotanya. Dalam kelompok ini, anggota yang hendak melakukan amaliyah akan memberi kabar terlebih dahulu lewat aplikasi media sosial, salah satunya Telegram.


"Intensitas komunikasinya terstruktur dan sistematis. Kalau mau melakukan amaliyah, mereka akan sampaikan di Telegram maupun media sosial lainnya, misalnya 'Saya akan melakukan amaliyah pada hari ini', tanpa menyebut lokasinya dan jam berapa," jelas Dedi.

Dalam upaya pemberantasan teroris empat hari terakhir, Densus 88 Antiteror Polri bergerak secara masif ke 8 provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat (Jabar), Bali, Jambi, Jakarta, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Utara (Sulut), dan Lampung.



Dari Densus masih ada di lapangan. Selain mengembangkan kasus, Densus juga melakukan langkah-langkah mitigasi maksimal supaya kelompok teroris tersebut tidak berhasil melakukan amaliyahnya," ujar Dedi sebelumnya.

Kelompok JAD terus diungkap Densus 88 Antiteror. Rangkaian panjang penangkapan dilakukan sejak Maret 2019. Polisi menyebut jaringan JAD ini punya afiliasi dengan pemberontak di Timur Tengah, ISIS. (PN)








Berita Selasa, 15 Oktober 2019
Pimpinan Ponpes Al Khoziny Sesalkan Insiden “Menes”

PortalNTB.COM – Tragedi penusukan terhadap Menkopolhukam RI Wiranto, usai meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA), yang berada di Kampung Cikaliung, Desa Sindanghayu, Kecamatan Saketi, dan insiden penusukan itu terjadi di Alun-alun Menes, ketika rombongan mentri itu hendak bertolak kembali ke Jakarta.
Menyikapi hal tersebut, KH. Khozinul Asror, selaku Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kampung Kadutomo, Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang, menyesalkan dan mengutuk atas prilaku orang-orang yang melakukan penusukan tersebut.
“Ini adalah musibah bagi kita semua, khususnya yang menimpa saudara-saudara kita yang di Menes tadi siang. Dan semoga para korban diberi kesabaran serta ketabahan oleh Allah SWT,” ujar KH. Khozinul Asror ini, Kamis (10/10/2019).
Salah satu ulama kharismatik dari Pandeglang ini pun mengatakan, terkait tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab tersebut, Kiayi Asror ini menegaskan bahwa para tersangka itu biar diproses secara hukum.
“Kita serangkan, dan percayakan pada proses hukum yang berlaku di negara kita. Karena tindakan para tersangka ini sudah melewati batas kewajaran. Saya pun dangat menyayangkan dan mengutuk atas prilaku orang-orang itu,” tambahnya.
Disamping itu semua, Ketua Forum Silaturohmi Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Pandeglang ini pun, berharap para pelaku penusukan tersebut, dibukakan pintu hatinya dan segera bertobat kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
“Saya hanya bisa berharap, semoga para pelaku penusukan itu dapat kembali ke jalan yang dirodhoi Allah SWT, dan segera bertobat. Lebih khusus saya juga berharap, insiden ini dapat segera terselesaikan dan wilayah Pandeglang ini kembali kondusif seperti sedia kala,” pungkasnya. (PN)

Berita Jumat, 11 Oktober 2019
PMII Bali-Nusra Mengutuk Keras Penikam Wiranto.
Aziz Muslim, Ketua PKC PMII Bali-Nusra

MATARAM, - Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Bali-Nusra Mengutuk keras pelaku penikaman Menkopolhukam, Wiranto. menurut mereka, tindakan yang dilakukan merupakan efek dari radikalisme.

"Kami mengutuk keras tindakan yang dilakukan pelaku terhadap bapak Wiranto, ini bagian dari epek radikalisme yang harus kita lawan bersama" ungkap  Aziz Muslim  kepada Wartawan. (10/10/19).

Ketua PKC PMII Bali Nusra mengatakan bahwa alarm radikalisme sudah menyala, " ini alarm bagi bangsa Indonesia bahwa radikalisme sudah merajalela, jangan anggap remeh bisa saja terjadi di daerah lain" jelasnya.

Disisi lain, Aziz Mengajak masyarakat untuk mewaspadai gerakan radikalisme, "masyarakat harus waspada, jangan sampai lengah. jika ada hal yang mencurigakan koordinasi dengan Pihak keamanan dan BNPT ataupun FKPT sebagai upaya pencegahan" tandasnya. (PN)

Berita
Penusukan Menkopolhukam dikutuk Masyarakat Pandeglang


PortalNTB.com - Elemen masyarakat Kabupaten Pandeglang, Banten mengutuk penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto saat melakukan kunjungan ke Mathlaul Anwar di Menes, Pandeglang, Kamis.

"Peristiwa ini sangat memalukan, Pandeglang ini adalah simbol kota santri, etika kita sebagai santri harus lebih manusiawi," kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Pandeglang, Yadi Murodi, didampingi Wakabid Pemuda dan Olahraga DPC PDI Perjuangan Pandeglang Hilmi Aditiya Nugraha, di Pandeglang, Kamis.

Ia mengatakan, atas nama elemen masyarakat Kabupaten Pandeglang, terutama PDI Perjuangan Pandeglang mengutuk keras kejadian penusukan kepada Menkopolhukam Wiranto dan tiga korban lainnya yang mencoba untuk menyelamatkan pejabat tinggi negara yang juga salah satu Dewan Pembina Mathlaul Anwar tersebut.

Yadi Murodi yang juga Ketua Fraksi PDIP DPRD Pandeglang mengatakan, peristiwa tersebut sangat memalukan dan menganggap Pandeglang tidak kondusif bagi para pejabat tinggi negara datang ke Pandeglang.



"Peristiwa ini sangat memalukan, Pandeglang ini adalah simbol kota santri, etika kita sebagai santri harus lebih manusiawi. Dan kami meyakini rakyat Pandeglang tidak memiliki jiwa dan perilaku yang keji itu. Maka sekali lagi, kami tegaskan, atas nama rakyat Pandeglang kami sangat mengutuk keras dan meminta pelaku penusukan Menkopolhukam Pak Wiranto dihukum seberat-beratnya, bahkan hukum mati karena penusukan itu sudah masuk pada ancaman pembunuhan berencana." kata Yadi Murodi menegaskan.

Anggota DPRD Pandeglang yang sudah tiga periode menjabat itu menjelaskan bahwa pelaku bukan asli orang Pandeglang, dan dengan peristiwa tersebut, dia meminta maaf terhadap pemerintah pusat atas kejadian ini.

"Pelakunya itu orang luar semua, dan yakin Insya Allah orang Pandeglang asli lebih mengedepankan rasa kemanusiaan, etika dan rasa hormat terhadap siapa pun. Jadi, atas kejadian tadi kami mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya untuk pemerintah pusat, serta kepada Bapak Menkopolhukam," katanya pula.


Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua DPRD Pandeglang dari Fraksi PKS, Tb Asep Rafiudin Arief yang mengecam dengan keras penusukan terhadap Menkopolhukam tersebut.

"Tindakan anarkis dan membahayakan nyawa orang lain adalah tidak dibenarkan secara hukum dengan alasan apa pun juga. Bahkan, kami atas nama rakyat Pandeglang sangat mengecam keras penusukan itu. Pelaku yang bukan warga Pandeglang itu harus dihukum seberat-beratnya, karena sudah mencederai rakyat dan daerah Pandeglang." katanya pula. (PN)








Berita